Selasa, 26 November 2013

Kisahku

Kali ini aku mau share pengalaman pribadiku dan aku yakin kisah ini tidak dialami oleh teman-teman semuanya. Well ceritanya begini
  17 tahun lamanya aku terpisah dengannya...dia bukan kekasihku juga bukan temanku, melainkan dia adalah Ayahku. Hari jumat 22 November 2013 itulah hari dimana dia menemuiku di depan sekolahku. Tak mnyangka kaget bercampur pilu saat aku menemuinya dan mulai mengobrol dengannya.......
 Oh Tuhan....rasa rindu ini sangatlah menggebu tapi aku tak bisa berbuat apa-apa....saat dia mengajakku, menggandeng jemari tanganku, aku merasakan kehangatan...dan saat dia berbicara padaku, dia minta maaf dan menceritakan alasan mengapa dia meninggalkanku. Air mataku tak kuasa ku bendung....ingin rasanya memeluknya, tapi tak bisa ku pungkiri aku masih merasa dia adalah orang lain meskipun dia adalah seseorang yang sangat penting bagiku. Maklum saja 17 tahun bukanlah waktu yang singkat.
       Satu kalimat yang masih terngiang-ngiang dalam benakku adalah “tak ada orang tua yang tak mau membahagiakan anaknya”. Benci...memang aku membencinya, tapi dia adalah Ayahku. Ya Allah berikan aku petunjukMu agar aku dapat menghilangkan rasa benciku ini....tepat pukul 13.00 aku dan ayahku mengakhiri pertemuan yang sangat singkat ini...hmmmm.....aku tak tahu kapan aku dapat bertatap muka dengannya kembali.
       Aku beranjak pulang dengan membawa berjuta cerita yang akan aku bagi dengan kakakku. Aku berharap kakakku senang mendengar ceritaku. Sudah aku rancang akan mulai dari mana dan sampai mana aku akan berbagi dengannya. Namun malang, setibanya di rumah aku disambut oleh keangkuhan dan kemarahannya. Kecewa....pupus sudah keinginanku untuk bercerita tentang pertemuan ini.
Aku tak mengerti sama sekali masalah apa yang membuat dia marah padaku. Namun dari anaknya, akhirnya aku tahu alasannya mengapa kakakku marah. Katanya kakakku marah padaku karena aku bertemu dengan ayahku. Tak cukup sampai disini, Hp ku berdering....tertulis ibu, namun tidak aku angkat karena aku tahu apa maksud beliau menelponku.
         Sejenak aku terdiam, merenung dengan apa yang terjadi. Dalam hati bergumam, “semua telah aku berikan padamu, aku begini untuk membantu kakakku, untuk biaya sekolahku juga”. Tapi etikat baikku ini nampaknya tak digubrisnya, bahkan tak sepatah katapun pada hari itu keluar darinya untukku. “Sudah biasa.....”. Aku menangis, baru saja senang sebentar tiba-tiba kegalauan menimpaku.
         Ibuku dan kakakku marah, tapi aku mencoba tetap tegar dan lapang dada karena aku tahu aku tak sepenuhnya salah.....Ya Allah, satu pintaku padaMU, aku ingin keadaan ini kembali seperti semula......
            Kan ku hadapi semua ini dengan senyuman yang lebar :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar